Sabtu, 09 April 2011

Oh blue ocean










Mengapa laut berwarna biru? Apakah itu hanya pantulan warna langit?

Bukan. Itu keyakinan umum yang tidak berlaku untuk air. Pertama, permukaan laut tidak seperti cermin yang kita bayangkan. Dan kedua, bagaimana mungkin laut lebih biru daripada langit?

Sekarang, semua laut di dunia memang biru dan betul-betul biru-meskipun tingkat birunya bermacam-macam, tergantung pada beberapa faktor yang akan kita bicarakan.

Akan tetapi yang berikut ini adalah kejutan: Bahkan kristal air murni-tanpa garam, pasir dan ikan-berwarna biru. Itu terlepas dari kenyataan bahwa hampir setiap kamus mendefinisikan air sebagai “zat cair tanpa warna, tanpa bau.”

Lalu mengapa air berwarna biru? Karena ketika cahaya siang hari yang mengandung semua warna cahaya dalam keadaan tercampur, menyentuh air dan menembusnya, warna-warna tertentu dalam cahaya itu diserap molekul-molekul air. Cahaya yang dipantulkan kembali dari bak mandi dan mencapai mata kita sesudah melewati air dengan demikian kekurangan warna-warna tertentu tadi, sehingga cahaya itu memiliki komposisi warna berbeda dari berkas-berkas cahaya semula.

Secara khusus, molekul-molekul air menunjukkan sedikit kecenderungan menyerap bagian-bagian warna jingga dan merah dari cahaya matahari. Cahaya yang kekurangan unsur-unsur jingga dan merah akan tampak  oleh kita sebagai campuran warna yang kelebihan biru, jika dibandingkan dengan yang kita sebut “cahaya putih”. Itu sebabnya air tampak berwarna biru.

Akan tetapi laut adalah ‘kolam ikan’ yang jauh lebih rumit daripada sekedar genangan H2O. Selain jelas mengandung garam dan mineral, laut juga mengandung plankton, yakni tumbuh-tumbuhan yang sangat kecil (fitoplankton) dan hewan-hewan sangat kecil (zooplankton) yang terlalu kecil untuk mengendap sehingga terus mengapung sampai terurai oleh bakteri atau dimakan oleh mahluk-mahluk lebih besar.

Selain itu air laut juga mengandung bahan organik terlarut yang banyak dan bermacam-macam yang oleh ilmuwan disebut dengan istilah jerman, gelbstoff. Jika diterjemahkan secara bebas, artinya adalah “kerak kuning”, karena begitulah penampilannya ketika dalam keadaan kering.

Ketika cahaya siang memasuki air laut, fitoplankton menyerap sebagian besar unsur cahaya biru dan sedikit merah, sedangkan gelbstoff menyerap sebagian besar cahaya biru. Penyerapan ini menggeser keseimbangan diantara cahaya yang tersisa dari biru pucat air murni ke biru keunguan yang lebih pekat. Itu sebabnya laut tampak lebih gelap daripada air di bak mandi yang tidak mengandung gelbstoff.

Sayangnya, wajah-wajah laut yang diperlihatkan kepada kita pada cuaca berlainan dan di bagian dunia berbeda tidak mudah dijelaskan. Perlu diketahui, tidak hanya absorpsi cahaya yang berperan memberi warna kepada air laut, namun ditambah dengan penghamburan cahaya. Warna-warna cahaya tertentu mengalami penghamburan oleh partikel-partikel zat mikroskopis dalam air. Ketika sebuah foton cahaya menumbuk salah sebuah partikel itu, yang bisa berukuran satu molekul atau lebih besar, ia dapat terpantul ke arah berbeda. Ini mengubah distribusi warna yang sampai ke mata kita.

Penghamburan cahaya oleh molekul-molekul udara pulalah yang menyebabkan langit berwarna biru, karena molekul-molekul udara lebih banyak menghamburkan cahaya biru daripada warna-warna lain. Sebagian ilmuwan telah mencoba menjelaskan warna biru laut sepenuhnya sebagai hasil penghamburan yang sama, tetapi mereka tampaknya tidak pernah memperhatikan bak mandi mereka sendiri.

Fitoplankton terutama baik sekali untuk menghamburkan cahaya hijau dan kuning, maka secara umum, makin banyak fitoplankton makin hijau penampilan air bagi mata kita. Maka itulah penyebab utama indahnya warna biru kehijauan yang tampak di perairan sekitar pulau-pulau Karibia dan Pasifik Selatan. Iklim yang tropis dan cahaya surya yang berlimpah memberikan kondisi terbaik bagi plankton untuk berkembang biak.

Sumber : Kalo Einstein Lagi Cukuran Ngobrolin Apa Ya?

Setir kiri, setir kanan











Mengapa di beberapa negeri orang berkendara di sebelah kiri sedangkan di beberapa negeri lain di sebelah kanan?

Ini kembali ke kenyataan bahwa sebagian besar orang tidak kidal.

Lama sebelum kita memiliki persenjataan modern seperti senapan dan kendaraan lapis baja, orang pergi berperang menggunakan pedang dan kuda. Maka, jika kita tidak kidal, kita menggantungkan pedang di sebelah kiri sehingga kita dapat menariknya dengan cepat menggunakan tangan kanan. Akan tetapi dengan sarung pedang yang panjang dan bergelantungan di sisi kiri, satu-satunya cara naik ke punggung kuda adalah bertumpu dengan kaki kiri kemudian memutar naik kaki kanan yang bebas ke punggung kuda. Dan kecuali kita pemain akrobat yang mahir naik kuda sambil menghadap ke belakang, berarti kepala kuda yang akan ditunggangi harus menghadap ke kiri. Berdasarkan pengalaman ini sampai sekarang kuda masih ditunggangi dari sisi sebelah kirinya.

Setelah berada di punggung kuda dan memacunya, kita akan tetap berada di sebelah kiri jalan, karena siapa pun yang datang dari arah depan akan berada di sebelah kanan, dan jika orang itu ternyata musuh, kita dengan mudah menghunus pedang kemudian menebasnya dengan tangan kanan. Itu sebabnya penunggang kuda bijaksana selalu memilih berjalan di sebelah kiri.

Keharusan berjalan di sebelah kiri juga disepakati oleh para kusir kereta dengan tujuan agar tidak bertabrakan dengan penunggang kuda. Ketika belakangan kereta tanpa kuda muncul, beberapa negara meneruskan kebiasaan ini, terutama selama masa transisi ketika kedua jenis kendaraan masih menggunakan badan jalan yang sama.

Lalu mengapa di Amerika dan di banyak negara lain orang berkendaraan di paruhan sebelah kanan?
Ketika pedang hilang, sebagaimana busur dan anak panah, kebutuhan untuk tetap berjalan di sebelah kiri sebagai upaya pertahanan diri tidak mutlak lagi, maka tiba-tiba kesepakatan untuk berjalan di sebelah kiri tidak lagi dipatuhi. Negara-negara baru dan negara-negara yang tidak terikat tradisi segera pindah ke kanan, tampaknya karena mereka yang tidak kidal sebagian besar merasa lebih nyaman berada di paruhan jalan sebelah kanan. Dengan cepat orang kidal merasa bahwa bersikeras melawan orang tidak kidal adalah perbuatan tidak bijaksana.

Yang istimewa, di beberapa negara yang saya kunjungi tampaknya kebanyakan orangnya sama-sama terampil menggunakan tangan kanan dan tangan kiri, pasalnya mereka lebih suka berjalan di tengah jalan.

Sumber : Kalo Einstein Lagi Cukuran Ngobrolin Apa Ya?