Sabtu, 09 April 2011

Setir kiri, setir kanan











Mengapa di beberapa negeri orang berkendara di sebelah kiri sedangkan di beberapa negeri lain di sebelah kanan?

Ini kembali ke kenyataan bahwa sebagian besar orang tidak kidal.

Lama sebelum kita memiliki persenjataan modern seperti senapan dan kendaraan lapis baja, orang pergi berperang menggunakan pedang dan kuda. Maka, jika kita tidak kidal, kita menggantungkan pedang di sebelah kiri sehingga kita dapat menariknya dengan cepat menggunakan tangan kanan. Akan tetapi dengan sarung pedang yang panjang dan bergelantungan di sisi kiri, satu-satunya cara naik ke punggung kuda adalah bertumpu dengan kaki kiri kemudian memutar naik kaki kanan yang bebas ke punggung kuda. Dan kecuali kita pemain akrobat yang mahir naik kuda sambil menghadap ke belakang, berarti kepala kuda yang akan ditunggangi harus menghadap ke kiri. Berdasarkan pengalaman ini sampai sekarang kuda masih ditunggangi dari sisi sebelah kirinya.

Setelah berada di punggung kuda dan memacunya, kita akan tetap berada di sebelah kiri jalan, karena siapa pun yang datang dari arah depan akan berada di sebelah kanan, dan jika orang itu ternyata musuh, kita dengan mudah menghunus pedang kemudian menebasnya dengan tangan kanan. Itu sebabnya penunggang kuda bijaksana selalu memilih berjalan di sebelah kiri.

Keharusan berjalan di sebelah kiri juga disepakati oleh para kusir kereta dengan tujuan agar tidak bertabrakan dengan penunggang kuda. Ketika belakangan kereta tanpa kuda muncul, beberapa negara meneruskan kebiasaan ini, terutama selama masa transisi ketika kedua jenis kendaraan masih menggunakan badan jalan yang sama.

Lalu mengapa di Amerika dan di banyak negara lain orang berkendaraan di paruhan sebelah kanan?
Ketika pedang hilang, sebagaimana busur dan anak panah, kebutuhan untuk tetap berjalan di sebelah kiri sebagai upaya pertahanan diri tidak mutlak lagi, maka tiba-tiba kesepakatan untuk berjalan di sebelah kiri tidak lagi dipatuhi. Negara-negara baru dan negara-negara yang tidak terikat tradisi segera pindah ke kanan, tampaknya karena mereka yang tidak kidal sebagian besar merasa lebih nyaman berada di paruhan jalan sebelah kanan. Dengan cepat orang kidal merasa bahwa bersikeras melawan orang tidak kidal adalah perbuatan tidak bijaksana.

Yang istimewa, di beberapa negara yang saya kunjungi tampaknya kebanyakan orangnya sama-sama terampil menggunakan tangan kanan dan tangan kiri, pasalnya mereka lebih suka berjalan di tengah jalan.

Sumber : Kalo Einstein Lagi Cukuran Ngobrolin Apa Ya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar